Selasa, 25 Oktober 2011

BELAJAR MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BELAJAR MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA




MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Fatah Syukur, M.Ag



Add caption











Disusun oleh:
SOLIKHATUN ANISAH
093111110





FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011




 
BELAJAR MENGAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHINYA

I.                   PENDAHULUAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis dan biologis.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba. Dengan hadirnya kendala spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taktil. Metode juga mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. 
Oleh karena itu, makalah ini akan menguraikan sedikit mengenai hakikat dan konsep belajar mengajar, dan bagaimana strategi belajar mengajar, serta apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya.
II.                RUMUSAN MASALAH
A.       Apakah Hakikat Belajar Mengajar itu?
B.       Apa Sajakah Komponen-Komponen Belajar Mengajar?
C.       Bagaimanakah Strategi Belajar Mengajar?
D.       Apa Sajakah Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar?

III.             PEMBAHASAN
A.       Hakikat Belajar Mengajar
Untuk mengetahui hakikat belajar mengajar, perlu kiranya kita bahas pengertian yang objektif tentang belajar dan mengajar terlebih dahulu.
Pengertian belajar menurut C.T. Morgan dalam buku Introduction To Psychology, adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Menurut Lester D. Crow belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.
Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar, akan kemampuan dirinya.
Sedangkan secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian mengajar menurut Jerome S. Brunner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction, mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh setiap siswa.
Ngalim Purwanto dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis” mengemukakan yang dimaksud dengan mengajar ialah memberikan pengetahuan atau melatih kecakapan-kecakapan atau keterampilan-keterampilan kepada anak-anak.
J.J. Hasibuan berpendapat bahwa yang dimaksud dengan mengajar adalah suatu perbuatan yang komplek (a highly complexion process). Disebut kompleks karena dituntut daripadanya kemampuan personal, profesional, dan sosial-kultural secara terpadu dalam proses belajar-mengajar.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Dua konsep tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi guru – siswa, siswa – siswa pada saat pengajaran itu berlangsung. Inilah  makna belajar dan mengajar sebagai suatu proses. Interaksi guru – siswa sebagai makna utama proses pengajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pengajaran yang efektif. Mengingat kedudukan siswa sebagai subjek dan sekaligus juga sebagai objek dalam pengajaran maka inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Oleh sebab itu belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Apabila kita berbicara tentang belajar maka kita berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang.
Inilah hakikat belajar, sebagai inti proses pengajaran. Dengan perkataan lain bahwa dalam proses pengajaran atau interaksi belajar-mengajar yang menjadi persoalan utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya tingkah laku siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.  

B.       Komponen-Komponen Belajar Mengajar
Dalam suatu kegiatan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar tentunya mempunyai komponen-komponen yang akan mendukung agar kegiatan belajar-mengajar itu akan berhasil, antara lain:
1.      Tujuan
Tujuan merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Sebagai unsur penting untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan.
2.      Bahan pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar.  Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Biasanya aktifitas anak didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang guru berikan tidak atau kurang menarik perhatiannya, disebabkan cara mengajarnya yang mengabaikan prinsip-prinsip mengajar, seperti apersepsi dan korelasi, dan lain-lain.
3.      Kegiatan  belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka berpikir demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepad setiap anak didik secara individual.
4.      Metode
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pelajaran tidak membosankan.  Tetapi juga penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya dan sesuai dengan kondisi psikologis anak didik.
5.      Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud dengan alat adala berupa suruhan, perintah, larangan, dan sebagainya. Sedangkan alat bantu pengajaran adalah berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, video, LCD, dan sebagainya.
6.      Evaluasi
Anne Anastasi mengatakan bahwa evaluasi bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan yang jelas. Kegiatan evaluasi ini sangat penting untuk menetapkan apakah tujuan telah tercapai atau tidak maka penilaian yang harus memainkan fungsi dan peranannya.

C.       Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru – anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara atau teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.


D.         Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Mengajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa (intern) itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa (ekstern) atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.
a.         Faktor-Faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psiklogis dan faktor kelelahan.
1.      Faktor Jasmaniah
a)      Faktor kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
b)      Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan, yang akan mempengaruhi kemampuan belajar.
2.      Faktor Psikologis
a)      Inteligensi dan bakat
Menurut J.P. Chaplin Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. Pemaksaan anak untuk studi pada bidang yang tidak cocok dengan bakatnya bisa menjadi masalah dalam prestasi belajarnya.
b)      Minat dan motivasi
Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.
Sedangkan motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.
c)      Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
d)     Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.
3.      Faktor kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lema lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepada dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk berkerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpakas dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Dari uraian di atas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b.         Faktor-Faktor Ekstern
1.        Faktor keluarga
a)      Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo yang menyatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama.
b)      Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan orang tuanya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak.
c)      Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.
d)     Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu, sehingga belajar anak terganggu.
e)      Pengertian orang tua
Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak sekolah.
f)       Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2.      Faktor sekolah
a)      Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Suatu metode dikatakan efektif  jika prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat guna. Maksudnya dengan memakai metode tertentu tetapi dapat menghasilkan prestasi belajar yang baik.
b)      Kurikulum
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan.
c)      Relasi guru dengan siswa.
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Di sekolah, kompetensi personal akan menentukan simpatik tidaknya, akrab tidaknya guru dalam pandangan siswa. Kerawanan hubungan guru dengan siswa sangat ditentukan sejauh mana tingkat kualitas kompetensi personal yang dimiliki oleh guru.
d)     Relasi siswa dengan siswa
Hubungan antar siswa kurang harmonis sehingga muncul beberapa kelompok yang tidak bersahabat. Persaingan yang tidak sehat di antara kelompok menimbulkan keonaran-keonaran yang menyebabkan proses pengajaran mengalami hambatan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
e)      Disiplin sekolah
Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di rumah dan perpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. 
f)       Alat pelajaran
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
g)      Waktu sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang/sore/malam hari.
h)      Standar pelajaran diatas ukuran
Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i)        Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang terlalu banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.
j)        Metode belajar
Dengan cara belajar yang tepat akan lebih efektif  pula hasil belajar siswa itu.
k)      Tugas rumah
Waktu belajar terutama di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan di rumah. 
3.      Faktor masyarakat
a)      Kegiatan siswa dalam masyarakat  
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak  maka belajarnya akan terganggu sehingga hasil belajarpun akan menurun.
b)      Media massa
Yang termasuk dalam media massa adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik, dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik member pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya serta sebaliknya.
c)      Teman bergaul
Anak-anak adalah calon manusia dewasa yang akan hidup dalam masyarakat yang bermacam-macam corak ragamnya.Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana
d)     Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak (siswa) tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Akibatnya belajarnya terganggu dan bahkan anak (siswa) kehilangan semangat belajar karena perhatiannya semula terpusat kepada pelajaran berpindah ke perbuatan-perbuatan yang selalu dilakukan orang-orang di sekitarnya yang tidak baik tadi. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang terpelajar yang baik-baik, mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias dengan cita-cita yang luhur akan masa depan anaknya, anak (siswa) terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang dilingkungannya, sehingga akan berbuat seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat anak (siswa) untuk belajar lebih giat lagi.
Adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak (siswa) sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

IV.             ANALISIS
Proses belajar mengajar seolah-olah tidak terpisahkan antara satu dengan yang lainya. Orang menganggap bahwa setiap ada proses belajar pasti ada proses mengajar. Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja terlepas dari adanya mengajar ataupun tidak. Proses belajar mengajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu hal yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga keliang lahat nanti. Salah satu petanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Pengajaran pada dasarnya adalah suatu proses, terjadinya interaksi guru – siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Titik berat proses pengajaran, ialah kegiatan siswa belajar. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku yang disadari. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar seoptimal mungkin. Dalam proses pengajaran terdapat empat komponen utama (tujuan, bahan pelajaran, metode, dan alat serta penilaian), yang perlu diatur dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga semua komponen saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain.

V.                KESIMPULAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Mengajar merupakan proses menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Guru perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga antara siswa satu dengan yang lain memerlukan pelayanan yang berbeda-beda.
Komponen-komponen dalam belajar mengajar meliputi: tujuan, bahan pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evalausi.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
1.        Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.        Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.        Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
4.        Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mengajar terdiri dari 2 faktor, faktor intern dan ekstern. Faktor intern meliputi: jasmani, psikologi, kelelahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat.

VI.             PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat Kami susun, tentunya masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Basyuruddin, M. Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat, 2002.
Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, dkk., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.
­­Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Hasibuan, J.J. dkk., Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail   Media Group, 2008.
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Mahmud, Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Mulyasa,  E., Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.           
Nasution, S., Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: PT. Bumi Aksara,2008.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran: untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Alfabeta, 2003.
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995.
Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Thoha, Chabib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1991.
Warsita, Bambang, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar